Rumput laut menghasilkan tiga phycocoloid penting secara komersial yaitu Alginat, agar-agar dan karaginan. Negara-negara utama produsen alginate adalah Skotlandia, Norwegia, Cina, Argentina, Australia, Kanada, Chile, Meksiko, Irlandia, Jepang dan Amerika Serikat. Produksi alginate pertahun senilai US $ 213.000.000. Alginat dihasilkan dari rumput laut alami karena belum mampu dihasilkan dari budidaya, hal ini disebabkan karena alginate belum bisa tumbuh secara vegetative. Hanya Laminaria japonica, rumput laut yang menghasilkan alginat dan telah dibudidayakan di Cina untuk makanan dan sisanya diekstrak untuk mendapatkan alginate. Jenis rumput yang menghasilkan alginate adalah Ascophyllum, Durvillaea, Eclonia, Lessonia, Laminaria, Macrocystis, Sargassum, Turbinaria, dll.
Produksi karagenan mengandalkan spesies rumput laut liar seperti Chondrus crispus. Budidaya Kappaphycus alvarezii dan Eucheuma denticulatum semakin berkembang secara meluas di beberapa negara, seperti: Denmark, Irlandia, Selandia Baru, Nova Scotia, Cina, Jepang dan Mozambik yang merupakan produsen karagenan utama di dunia dan setiap tahunnya menghasilkan nilai ekonomi yang mencapai US$ 240 juta. Hanya 20% total produksi diperoleh dari stok rumput laut alami sementara sisanya sebesar 80% berasal dari hasil budidaya di negara-negara seperti Filipina, Indonesia dan Tanzania.
Koloid penting lainnya yang dibutukan dunia industri adalah agar-agar, terutama yang berasal dari genus Gracilaria dan Gelidium. Gelidium yang hidup liar di perairan menghasilkan produk agar-agar berkualitas tinggi, sementara hasil dari gracilaria masih berkualitas rendah. Namun baru-baru ini berbagai teknik pra perawatan dengan alkali sebelum ekstraksi menghasilkan agar-agar berkualitas tinggi. Spanyol, Portugal, Korea, Perancis, Maroko, Amerika Serikat, Meksiko, Chili, Selandia Baru dan Jepang merupakan negara penghasil utama agar-agar dengan nilai produksi sekitar US $ 132 juta per tahun.
Total produksi rumput laut dunia diperkirarakan 8.5 juta metrik ton (belum termasuk rumput laut antartika). Dari jumlah ini, 85.65% 7,5 juta metrik ton dihasilkan oleh kegiatan budidaya dengan estimasi luas wilayah 200 x 103 ha, sedangkan sisanay berasal dari ekosistem alami rumput lau di seluruh dunia. Industri rumput laut menggunakan rumput laut sebanyak 7,5 – 8 juta metrik ton per tahun. Perkiraan nilai ekonomi berbagai produk yang berasal dari rumput laut sebesar US$ 5 – 6 milyar.
Industrialisasi rumput laut dimulai dengan produksi soda dan kalium dari rumput laut coklat untuk pembuatan sabun, kaca dan yodium. Phycocolloids rumput laut juga digunakan sebagai emulsifier dalam produk susu, kulit, tekstil, industri farmasi, pengobatan artritis, keracunan logam, penyambungan tulang, immobilisasi katalis biologis dalam proses industri, terapi kesehatan dan kecantikan. Rumput laut juga digunakan sebagai pupuk di pertanian dan hortikultura, makanan suplemen untuk hewan, pakan untuk akuakultur, dll. Saat ini, makanan tambahan berbasis rumput laut digunakan dalam penyusunan makanan cepat saji. Dalam hal itu, hampir setiap orang makan beberapa olahan rumput laut setiap hari. Rumput laut yang mudah dicerna dan kaya vitamin, mineral garam dan oligo-elemen.
Produksi karagenan mengandalkan spesies rumput laut liar seperti Chondrus crispus. Budidaya Kappaphycus alvarezii dan Eucheuma denticulatum semakin berkembang secara meluas di beberapa negara, seperti: Denmark, Irlandia, Selandia Baru, Nova Scotia, Cina, Jepang dan Mozambik yang merupakan produsen karagenan utama di dunia dan setiap tahunnya menghasilkan nilai ekonomi yang mencapai US$ 240 juta. Hanya 20% total produksi diperoleh dari stok rumput laut alami sementara sisanya sebesar 80% berasal dari hasil budidaya di negara-negara seperti Filipina, Indonesia dan Tanzania.
Koloid penting lainnya yang dibutukan dunia industri adalah agar-agar, terutama yang berasal dari genus Gracilaria dan Gelidium. Gelidium yang hidup liar di perairan menghasilkan produk agar-agar berkualitas tinggi, sementara hasil dari gracilaria masih berkualitas rendah. Namun baru-baru ini berbagai teknik pra perawatan dengan alkali sebelum ekstraksi menghasilkan agar-agar berkualitas tinggi. Spanyol, Portugal, Korea, Perancis, Maroko, Amerika Serikat, Meksiko, Chili, Selandia Baru dan Jepang merupakan negara penghasil utama agar-agar dengan nilai produksi sekitar US $ 132 juta per tahun.
Total produksi rumput laut dunia diperkirarakan 8.5 juta metrik ton (belum termasuk rumput laut antartika). Dari jumlah ini, 85.65% 7,5 juta metrik ton dihasilkan oleh kegiatan budidaya dengan estimasi luas wilayah 200 x 103 ha, sedangkan sisanay berasal dari ekosistem alami rumput lau di seluruh dunia. Industri rumput laut menggunakan rumput laut sebanyak 7,5 – 8 juta metrik ton per tahun. Perkiraan nilai ekonomi berbagai produk yang berasal dari rumput laut sebesar US$ 5 – 6 milyar.
Industrialisasi rumput laut dimulai dengan produksi soda dan kalium dari rumput laut coklat untuk pembuatan sabun, kaca dan yodium. Phycocolloids rumput laut juga digunakan sebagai emulsifier dalam produk susu, kulit, tekstil, industri farmasi, pengobatan artritis, keracunan logam, penyambungan tulang, immobilisasi katalis biologis dalam proses industri, terapi kesehatan dan kecantikan. Rumput laut juga digunakan sebagai pupuk di pertanian dan hortikultura, makanan suplemen untuk hewan, pakan untuk akuakultur, dll. Saat ini, makanan tambahan berbasis rumput laut digunakan dalam penyusunan makanan cepat saji. Dalam hal itu, hampir setiap orang makan beberapa olahan rumput laut setiap hari. Rumput laut yang mudah dicerna dan kaya vitamin, mineral garam dan oligo-elemen.
0 comments
Post a Comment