Friday, October 29, 2010

Sepertiga Jenis Karang Terancam Punah

Sepertiga jenis karang terancam punah disebabkan oleh perubahan iklim dan masalah lokal. Hal tersebut dapat dilihat dari masuknya 845 karang yang berasosiasi dengan zooxanthella kedalam IUCN red list. Menurunnya populasi karang diduga disebabkan oleh pemutihan karang dan kenaikan suhu permukaan laut.

Terumbu karang memiliki peranan penting bagi keanekaragaman organisme laut. Ekosistem terumbu karang memiliki nilai estetika, rekreasi, dan sumber daya. Tetapi, pemantauan jangka panjang terhadap lingkungan tersebut masih kurang sehingga peningkatan ancaman terjadi pada skala lokal dan global. Masalah secara global terjadi akibat semakin meningkatnya kandungan karbon dioksida dan efek rumah kaca pada atmosfer dan mendorong naiknya suhu permukaan laut (yang diduga juga menyebabkan pemutihan dan kematian karang) serta meningkatkan derajat keasaman air laut. Air laut yang semakin asam akan membuat ion karbonat berkurang sehingga menurunkan kemampuan karang untuk membangun kerangka. Masalah lokal dapat disebabkan oleh ulah manusia seperti pengembangan pesisir pantai, sedimentasi dan limbah dari daratan berupa nutrien serta eutrofikasi bahan kimia dari hasil pertanian, penambangan karang dan penangkapan ikan yang berlebihan. Sehingga dapat mengurangi karang untuk mempertahankan diri dari ancaman global, termasuk pembusukan karang yang disebabkan oleh kerusakan struktur karang serta dapat mengurangi fungsinya dalam menopang karakteristik kompleks terumbu karang pada interaksi suatu ekosistem.


Untuk mengetahui tingkat penurunan ekosistem, digunakan International Union for Conservation of Nature Red List Categories sebagai acuan. Karang telah hidup selama milyaran tahun lalu dan tersebar secara luas. Dari informasi yang didapat, jenis karang yang telah rusak sudah tidak terhitung. Kepunahan jenis karang selain diakibatkan oleh perubahan iklim dan masalah lokal tetapi ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kerusakan karang, diantaranya adalah kondisi lingkungan serta kemampuan untuk beradaptasi dari karang itu sendiri. Jika terumbu karang tidak dapat beradaptasi maka akan mempengaruhi fungsi ekosistem terumbu karang dan struktur geologi terumbu karang serta mempengaruhi fungsi pesisir dan juga akan mempengaruhi masayarakat sekitar yang bergantung dari ekosistem terumbu karang.


Sumber: Terangi
Read More

Saturday, October 9, 2010

50 Spesies Baru ditemukan di Perairan Indonesia

Sekitar 150 ribu foto menampilkan gambar hewan dan tanaman di dasar laut sedalam 240-1.600 meter. Kamis pekan lalu, beberapa ahli membahas temuan itu. Ternyata ada 50 spesies baru yang diperoleh dari ekspedisi kapal Indonesia dan Amerika Serikat yang berakhir pada 14 Agustus lalu. "Gambar-gambar itu memberikan pemandangan luar biasa dari salah satu ekosistem laut yang paling kompleks di dunia dan yang sedikit kita ketahui," kata Verena Tunnicliffe, profesor Universitas Victoria di Kanada.

Bukan hanya Tunnicliffe, ilmuwan lain terpukau oleh kekayaan biota laut Indonesia. Gambar dan foto itu diambil dari kapal Okeanos Explorer milik US National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan kapal Indonesia, Baruna Jaya IV, sejak 24 Juni hingga 6 Agustus 2010. Kerja sama ini bertajuk "Ekspedisi Index Satal 2010".

Mereka menggunakan sistem pemetaan sonar yang kuat dan robot bawah laut bernama Little Hercules untuk menjelajahi hampir 21 ribu mil persegi (54 ribu kilometer persegi) dari dasar laut di Indonesia bagian utara. Film dan gambar tersebut disiarkan secara langsung melalui jaringan Internet ke kantor Badan Riset Kelautan dan Perikanan di Jakarta, kantor NOAA di Amerika Serikat, dan kapal Okeanos.

Spesies unik yang baru ditemukan di bawah laut Indonesia (AP Photo/NOAA Okeanos Explorer Program)

Tunnicliffe menunjukkan laba-laba laut yang umumnya berukuran kecil, panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. "Laba-laba laut yangditemukan dalam misi ini sangat besar, 20 sentimeter atau lebih," katanya.

Hewan lain yang diambil gambarnya oleh robot selam bawah laut terlihat seperti bunga ditutupi jarum seperti kaca. Namun para ilmuwan berpikir itu mungkin spons karnivora. Antena merah muda, ditutup dengan jaringan lengket, muncul untuk menangkap makanan yang lewat.

Menurut Tunnicliffe, bunga lili laut pada awalnya menutupi samudra, dangkal dan dalam, tapi sekarang jarang.Temuan ekspedisi memperlihatkan keanekaragaman biota itu. Gambar lain menunjukkan ikan berwarna lavender berjalan di dasar laut dan lengan merah bunga lili air.

Timotius Shank dari Woods Hole Oceanographic Institution di Massachusetts mengatakan timnya sejauh ini mengumpulkan lebih dari 150 ribu frame video definisi tinggi."Saya merasa mungkin ada setidaknya 40 spesies baru di karang air dalam dan sedikitnya 50 spesies baru yang mencakup udang bentik, kepiting, spons, kerang, anemon, dan ketimun laut," katanya.

Temuan lain adalah tunicate di kedalaman 2.200 meter. Jenis hewan bertulang lunak di antara kelas vertebrata dan invertebrata ini pernah ditemukan di Laut Tasmania dengan bentuk yang lebih besar.

Ada juga jenis ikan besar bermulut besar dengan bentuk gigi yang menakutkan dengan sirip berjumlah empat buah. Ikan ini ditemukan di kedalaman 2.112 meter dengan panjang 78 sentimeter dan lebar 15 sentimeter. Ikan yang sangat unik ini dikategorikan dalam lizard fish. Koral jenis lophelia yang biasanya ditemukan di Samudra Atlantis ditemukan juga di daerah Sangihe Talaud.

Dari temuan di perairan Sangihe Talaud, ada perbedaan jenis biota di laut dangkal (sekitar 200-300 meter) dan laut dalam (1.000-2.000 meter). Jenis koral, crinoid, ikan, serta udang-udangan di laut dangkal lebih spesifik dan berwarna terang. Hal ini mengindikasikan adanya interaksi visual biota-biota tersebut dengan tingkat kedalamannya.

Di daerah laut dalam, jenis-jenis biota lebih beragam dan mempunyai keunikan warna ungu, pink, emas, hitam, merah, kuning, putih, dan abu-abu. Mereka bersimbiosis dengan binatang lainnya, seperti koral dengan kepiting dan brittle star, juga simbiosis crinoid dengan brittle star. Lalu kepiting, sponge dengan hermit (kumang), koral bersimbiosis dengan polychaete (cacing tabung/ tube worm).

Keunikan biota laut dalam di perairan Sangihe Talaud sudah pasti memperkaya keanekaragaman hayati laut Indonesia. Sekretaris Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Indroyono Soesilo mengatakan temuan terumbu karang pada kedalaman 3.500 meter menunjang penelitian lebih lanjut di bidang obat-obatan. "Senyawa koral itu memiliki kandungan kimiawi untuk bahan obat-obatan," kata Indroyono, yang hadir dalam seminar Ekspedisi Index Satal 2010 di Manado. Menurut dia, senyawa yang terdapat pada koral kemosintesis (pembakaran tanpa sinar matahari, melainkan proses kimiawi) menjadi potensi untuk mengembangkan obat antikanker.

Sumber; bataviase.co.id
Read More

Thursday, October 7, 2010

Perserikatan Bangsa-Bangsa Bahas Hukum Laut dan Keanekaragaman Hayati Laut

Keanekaragaman laut penting karena memiliki nilai secara langsung maupun tidak langsung. Ancaman keanekaragaman hayati diantaranya adalah kegiatan perikanan, perusakan habitat, perubahan iklim, gangguan dilaut, pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, dan penelitian mengenai kelautan.

UNCLOS berisi tentang:
Hukum, definisi dan obligasi negara mengenai zona maritim.
Menetapkan peraturan untuk perairan dan sumber daya perikanan didalam yuridiksi nasional.
  • Menetapkan peraturan untuk penelitian mengenai kelautan.
  • Membuat perjanjian internasional yang menyeluruh tentang perlindungan dan pemeliharaan lingkungan laut dari polusi dan kerusakan.
  • Mempertimbangkan situasi negara berkembang secara geografis.
  • Menyediakan pengembangan dan sharing teknologi kelautan.
UNCLOS juga membahas peraturan mengenai zona maritim tanpa jurisdiksi nasional yaitu perairan internal, laut teritorial hingga 12 mil, zona kontingen hingga 24 mil, zona ekonomi eksklusif hingga 200 mil dan kontinental shelf. Peraturan dengan jurisdiksi nasional meliputi perairan laut lepas dengan permukaan perairan hingga 100 mil dan area 200 mil atau 350 mil. Adapun ketentuan dalam UNCLOS adalah sebagai berikut :
  • Hak sutau negara untuk memanfaatkan sumber alam mereka, menurut kebijakan lingkungan dan tugas mereka untuk melindungi serta memelihara lingkungan laut.
  • Kewajiban untuk konsisten dengan UNCLOS, adanya kegiatan yang diperlukan untuk mencegah, mengurangi dan mengendalikan polusi lingkungan laut dari sumber manapun. Sumber polusi : dari daratan, aktivitas dilaut, pembuangan limbah, atmosfir, dan penggunaan teknologi untuk rekayasa genetik.
  • Kewajiban untuk melindungi dan memelihara biota yang punah atau sudah langka, dan dipelihara seperti habitat asalnya, menghindari ancaman dan sebab lainnya bagi kehidupan laut.
  • Kewajiban untuk mencegah penyebaran polusi di luar area dan atau di dalam area yurisdiksi mereka
  • Bertugas untuk tidak memindahkan kerusakan, resiko atau mengubah bentuk suatu jenis polusi ke area lainnya. Bentuk kerjasama nasional dan global meliputi : pengembangan aturan, standard dan rekomendasi praktis; penelitian saintifik; pemberitahuan dari kerusakan nyata atau yang akan terjadi; rencana dalam penanggulangan polusi.
Peraturan internasional dan perundang-undangan nasional yang diatur dalam UNCLOS, meliputi :
  • Adopsi tentang aturan regional dan global, standard, dan rekomendasi praktek dan prosedur untuk mencegah, mengurangi dan mengendalikan polusi yang berhubungan dengan lingkungan laut
  • Adopsi hukum nasional dan peraturan, yang mencakup pendugaan suatu nilai atau sebab.
  • Aturan internasional, standard dan rekomendasi mengenai perlindungan ekosistem, habitat dan species terdapat pada General Assembly of the United Nations, Convention on Biological Diversity (CBD), RAMSAR Convention on Wetlands, CITES dan regional.
UNCLOS juga mengatur mengenai konservasi sumber daya laut contohnya hak mengenai status daerah pesisir dalam zona ekonomi eksklusif, yang meliputi kedaulatan hak untuk explorasi, dan manajemen konservasi dari sumberdaya alam laut, menetapkan total perijinan dalam penangkapan, memberi hak negara lain untuk memanfaatkan, mengambil proporsi untuk memastikan pemeliharaan sumber daya laut tidak over-exploitation, memelihara atau mengembalikan populasi jenis pada tingkatan sehingga dapat menghasilkan hasil maksimum dan Mempertimbangkan dengan seksama efek pada kelompok species yang terkena dampak langsung (pendekatan ekosistem).


Sumber; Terangi
Read More

Wednesday, October 6, 2010

Mempertahankan Keanekaragaman Hayati dengan Pariwisata

Indonesia tercatat sebagai negara mega-diversity (keanekaragaman hayati paling tinggi) terbesar kedua setelah Brazil. Sumber daya hayati pesisir dan lautan Indonesia sangat kaya, di antaranya populasi ikan hias yang diperkirakan sekitar 263 jenis, terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove dan berbagai bentang alam pesisir atau coastal landscape yang unik lainnya membentuk suatu pemandangan alamiah yang begitu menakjubkan. Namun, kekayaan tersebut mengalami ancaman pencurian dan pengeboman serta pembiusan satwa bawah laut yang datang sewaktu-waktu.

Tak hanya itu, kekayaan hayati Indonesia di hutan juga banyak berkurang. Berdasarkan data Global Forest Resources Assesment 2005 yang diterbitkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO, 2006), Indonesia adalah negara kedua yang kehilangan hutan terbanyak di dunia setelah Brasil, yakni 1,871 hektar per tahun antara tahun 2000-2005. Saat ini, luas hutan di Indonesia diperkirakan tinggal 88 juta hektar dan berada pada urutan kedelapan dunia setelah Kongo, dalam hal penguasaan hutan tropis yang tersisa di dunia. Padahal, tahun 1995, Indonesia masih tercatat sebagai negara di urutan kedua setelah Brazil dalam penguasaan hutan tropis, dengan luas hutan mencapai 100 juta hektar atau sekitar 10 persen dari hutan tropis yang tersisa di dunia.

Oleh karena ada kecenderungan penyalahgunaan dan tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap keanekaragaman hayati, maka diperlukan gerakan dan sentuhan spiritual yang mampu mengatasinya. Gagasan ini mengingat adanya keterbatasan upaya manusiawi dan lahiriah untuk menjaga dan menyelamatkan alam semesta di Indonesia, sementara keterancaman alam dan gangguan terhadap keanekaragaman hayati berjalan setiap waktu.

Sebaliknya, melalui ungkapan syukur atas kekayaan alam Indonesia. Kedua regulasi kita memperkuat hal itu. Pertama, UU 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya mendefinisikan Taman Nasional sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Manfaat Taman Nasional ada 5, yakni untuk keperluan ekonomi, ekologi, estetika, pendidikan dan penelitian, jaminan masa depan.

Kedua, UU 10/2009 tentang Kepariwisataan menyatakan pariwisata memiliki 10 tujuan (Pasal 4) sebagai berikut, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, serta mempererat persahabatan antarbangsa.

Hanya dengan rasa menghormati dan mensyukuri kekayaan hayati yang merupakan buah dari menyakralkan alam dan keanekaragaman hayati di Indonesialah ancaman bencana dapat diminimalisir. Sebaliknya, kepariwisataan justru menjadi media yang strategis dan mudah diakses bagi masyarakat untuk lebih mengenali dan menikmati keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia.
Read More

Monday, October 4, 2010

Eksploitasi Terumbu Karang Besar-besaran Terjadi di Pulau Banyak

Pulau Banyak yang terletak di Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh menyimpan pesona bahari yang begitu indah. Keindahannya telah ramai diketahui oleh para wisatawan lokal bahkan asing. Akan tetapi, kawasan ini juga menyimpan masalah yang cukup besar. Masalah yang sangat memprihatinkan adalah eksploitasi terumbu karang sebagai material bangunan.

Penggunaan karang untuk pembangunan pondasi rumah sudah dilakukan turun-temurun. Di Pulau Banyak adalah kawasan rawa dan tidak memiliki bahan material yang lain.

Terumbu Karang menjadi alternatif warga sebagai pengganti batu gunung, yang sulit didapat di Pulau seluas 135 kilometer persegi. Penggunaan terumbu karang dinilai lebih murah dari pada mendatangkan material serupa dari daratan Aceh, yang harga perkubiknya mencapai lima kali lipat dibanding harga karang dari Pulau itu. Mencapai Pulau Banyak butuh 3 sampai 4 jam perjalanan laut dari daratan Aceh Singkil.

Ardi Nur (Yayasan Pulau Banyak (YPB)) menuturkan, rata-rata perminggu ada 10 meter kubik lebih terumbu karang Pulau Banyak digali, untuk menutupi kebutuhan material bangunan.

Penggalian karang secara terus menerus akan memunculkan bencana ekologi. Abrasi mulai terjadi dibeberapa lokasi dan mengikis daratan sekira 50 meter dari garis pantai. Pulau berada di perairan Samudera Hindia itu pun diperkirakan terancam tenggelam.

Soal pulau tenggelam bukan hal baru di Pulau Banyak. Setidaknya ada dua Pulau berada di gugusan Pulau itu yakni Maleo Kecil dan Pulau Jawi-Jawi kini lenyap tak berbekas setelah tsunami pada 2004 menghantam Aceh dan diyakini karena efek dari abrasi.

Mengalihkan pekerja penggali karang ke pekerjaan lain sebenarnya bukan perkerjaan susah. Akan tetapi, hal ini tidak akan bisa dihentikan, karena kebutuhan masyarakat akan galian C tidak bisa dipenuhi, kecuali mendatangkan dari daratan dan harganya cukup besar mencapai Rp350 ribu permeterkubik.

Penyelamatkan Pulau Banyak dan ekositemnya perlu segera dilakukan. Subsidi pendatangan bahan galian C dari daratan Aceh, untuk cadangan dan kebutuhan pembangunan warga Pulau Banyak, sehingga warga tak bergantung pada terumbu karang di Pulau itu mungkin menjadi solusi tepat untuk saat ini.
Read More

Saturday, October 2, 2010

Ikan Bulan Pulau Weh Memberi Kesegaran

Banyak keindahan yang ada di Aceh, salah satunya ialah di Pulau Weh Sabang. Pulau Weh dikenal dengan keindahan alam lautnya. Akan tetapi Pulau weh juga menyimpan keindahan alam lainnya seperti Air Terjun Pria Laut.

Banyak keunikan apa yang bisa ditemui disini. Dibawah air terjun ada kolam dan bisa langsung renang. Selain itu, di Air Terjun Pria Laut di pinggir kolamnya terdapat Ikan Bulan atau di Jakarta dikenal dengan sebutan Ikan Drupa. Jadi kalau kita renang, nanti ikan-ikan itu akan nyamperin kita dan memakan kulit mati kita.Seperti pada kaki yang kalus (kapalan) dan kutu air.

Nah, Anda jangan kaget jika Anda baru pertama kali mencobanya, melihat ikan-ikan yang melesat laksana lintah itu memang sedikit menakutkan. Namun, jangan segera buru-buru melompat dari kolam. Pasrah saja. Begitu kulit dipatuki ribuan ikan, sensasi kenikmatan laksana dipijat pun mulai menjalar. Patukan ikan juga merangsang terbukanya simpul-simpul syaraf dan peredaran darah. Sehingga badan menjadi rileks dan segar.

Uniknya lagi, ternyata warga setempat tidak mengetahui jika Ikan Bulan hanya ditemui disini.
Read More