Thursday, July 21, 2011

Antibiotik Alternatif yang Dihasilkan Sponge

Pencarian bahan obat dari laut menghasilkan beberapa temuan baru yang menginspirasikan bahwa laut adalah sumber bahan obat yang potensial. Sponges telah banyak dilaporkan sangat potensial sebagai penghasil produk alami laut dalam bidang farmasi. Organisme laut dalam hidupnya sangat tergantung kepada faktor lingkungan yang sering sekali menjadi faktor pembatas kehidupannya, seperti: cahaya, nutrisi, oksigen, dan pesaing. Dalam rangka mempertahankan kehidupannya, organisme ini melakukan serangkaian mekanisme adaptasi secara morfologis, anatomis, fisiologis dan kemis. Senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh sponges secara ekologis dapat dipandang sebagai salah satu cara dari organisme ini untuk mempertahankan diri dari predator dan mengurangi resiko akibat ekspose radiasi sinar matahari.

Jadulco (2002) mengemukan bahwa sponges dari Indonesia, Jaspis splendens, menghasilkan senyawa-senyawa bioaktif yang memiliki aktifitas antiproliferasi. Disamping itu, para peneliti bioteknologi kelautan Jepang, seperti Namikoshi menyimpulkan bahwa distribusi fungi laut yang hidup bersimbiosis dengan sponge cukup besar, dengan sebaran 82,7% sponge yang hidup di perairan pulau Palau, dan 98% sponge yang hidup di perairan pulau Bunaken (Widjhati et al., 2004). Menurut Lik Tong Ten et al. (2000) simbiosis sponge Sigmadocia symbiotica dengan alga merah Ceratodictyon spongiosum menghasilkan senyawa bioaktif berupa metabolit sekunder siklik heptapeptida yang bersifat toksik terhadap Artemia salina (uji BSLT). Hasil-hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa biota laut sponge memiliki potensi signifikan sebagai sumber senyawa bioaktif yang dapat dikembangkan lebih jauh menjadi komoditi yang bernilai ekonomi tinggi.

Penelitian masih terus dilakukan oleh para ilmuan dengan proses ekstraksi dan isolasi senyawa aktif dari berbagai jenis makroalga dan sponge serta uji-uji bioaktivitasnya sebagai anti-bakteri, anti-oksidan, toksisitas terhadap Artemia salina dan sitotoksisitas sebagai anti-kanker terhadap beberapa jenis sel lestari (cell line). Saat ini koleksi sponge yang telah dimiliki sekitar 60 jenis dari perairan Karimunjawa, semua sampel tersebut diambil dari berbagai kondisi lokasi perairan (habitat) dan dari berbagai kedalaman.

Kandungan metabolit sekunder dalam sponge jenis tertentu ada yang lebih kuat (more intens) daripada di dalam jenis lainnya yang ditandai dengan warna yang timbul pada uji kualitatif. Kalau dilihat dari kandungan metabolit sekundernya Sponge dari Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk menghasilkan bioaktif ini terlihat dari kandungan alkaloid, terpenoid, dan steroidnya. Sejumlah terpenoid memiliki sifat antikanker (AOKI et al. 2001). Sedangkan steroid dan alkaloid memiliki khasiat lebih luas tergantung substituentnya. 

Sumber: berbagai sumber

0 comments

Post a Comment