Monday, November 1, 2010

Penyu adalah Fosil Hidup, benarkah?

Penyu laut termasuk ke dalam kelompok reptilia yang mempunyai daerah jelajah yang sangat luas, yang mendiami laut tropis dan subtropis di seluruh dunia. Penyu laut diperkirakan telah menghuni bumi ini lebih dari 100 juta tahun. Oleh karena itu penyu laut dikenal sebagai fosil hidup

Penyu

Penyu telah mengalami beberapa adaptasi untuk dapat hidup di laut, diantaranya yaitu dengan adanya tangan dan kaki yang berbentuk seperti sirip dan bentuk tubuh yang lebih ramping untuk memudahkan mereka berenang di air. Penyu laut juga memiliki kemampuan untuk mengeluarkan garam-garam air laut yang ikut tertelan bersama makanan yang mereka makan dan juga kemampuan untuk tinggal di dalam air dalam waktu yang lama selama kurang lebih 20-30 menit. Telinga penyu laut tidak dapat dilihat, tetapi mereka memiliki gendang telinga yang dilindungi oleh kulit. Penyu laut dapat mendengar suara-suara dengan frekuensi rendah dengan sangat baik dan daya penciuman mereka juga mengagumkan. Mereka juga dapat melihan dengan sanghat baik di dalam air. Penyu laut memiliki cangkang yang melindungi tubuh mereka dari pemangsa.

Penyu laut berbeda dengan kura-kura. Apabila dilihat sepintas, mereka memang terlihat sama. Ciri yang paling khas yang membedakan penyu laut dengan kura-kura yaitu bahwa penyu laut tidak dapat menarik kepalanya ke dalam apabila merasa terancam.

Jenis-jenis Penyu di Indonesia

Ada tujuh spesies penyu di dunia. enam diantaranya ditemukan di perairan Indonesia. yaitu :
  1. Penyu hijau (Chelonia mydas)
  2. Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)
  3. Penyu tempayan (Caretta caretta)
  4. Penyu lekang (Lepidochelys olivacea)
  5. Penyu belimbing (Dermochelys coriacea)
  6. Penyu pipih (Natator depressus
Spesies penyu yang paling banyak ditemukan dan memiliki wilayah jelajah yang luas di perairan kepulauan Indonesia adalah Penyu hijau (Chelonia mydas) diikuti oleh Penyu sisik (Eretmochelys imbricata). Penyu hijau tidak mudah dibedakan dengan penyu-penyu lainnya. Kita dapat melihat gambar untuk mengetahui perbedaannya.

Perkembangbiakkan.

Penyu membutuhkan kurang lebih 15-50 tahun untuk dapat melakukan perkawinan. Selama masa kawin, penyu laut jantan menarik perhatian betinanya dengan menggosok-gosokkan kepalanya atau menggigit leher sang betina. Sang jantan kemudian mengaitkan tubuhnya ke bagian belakang cangkang si betina. Kemudian ia melipat ekornya yang panjang ke bawah cangkang betina. Beberapa jantan dapat saling berkompetisi untuk merebut perhatian si betina.

Hanya penyu laut betina yang pergi ke pantai untuk bersarang dan menetaskan telurnya. Penyu laut jantan jarang sekali kembali ke pantai setelah mereka menetas. Penyu laut pergi untuk menetaskan telurnya ke pantai dimana mereka dulu dilahirkan.

Penyu betina naik ke pantai untuk bertelur. Dengan kaki depannya, mereka menggali lubang untuk meletakkan telur-telurnya. Kemudian mereka mengisi lubang itu dengan telur-telurnya sebanyak kurang lebih 100 butir (bahkan mungkin lebih). Kemudian mereka dengan hati-hati menutup kembali lubang tersebut dengan pasir dan meratakan pasir tersebut untuk menyembunyikan atau menyamarkan letak lubang telurnya. Setelah proses melelahkan ini selama kurang lebih 1-3 jam berakhir, mereka kembali ke laut.

Penyu umumnya lambat dan canggung apabila berada di darat, dan bertelur adalah hal yang sangat melelahkan, Penyu yang sedang bertelur sering terlihat mengeluarkan air mata, padahal sebenarnya mereka mengeluarkan garam-garam yang berlebihan di dalam tubuhnya. Beberapa penyu dapat menghentikan proses bertelur apabila mereka terganggu atau merasa dalam bahaya. Oleh karena itu, sangat penting diketahui bahwa jangan mengganggu penyu yang sedang bertelur.

Ancaman terhadap penyu

Penyu laut telah mengalami penurunan yang dramatis dalam jumlah populasi dalam jangka waktu terakhir ini. Bahkan beberapa spesies terancam kepunahan dalam waktu yang dekat. Di alam, penyu-penyu yang baru menetas menghadapi ancaman kematian dari hewan-hewan seperti kepiting, burung, dan reptilia lainnya seperti biawak.

Ancaman yang paling besar bagi penyu di Indonesia, seperti juga halnya di seluruh dunia, adalah manusia. Pembangunan daerah pesisir yang berlebihan telah mengurangi habitat penyu untuk bersarang. Penangkapan penyu untuk diambil tellur, daging, kulit, dan cangkangnya telah membuat populasi penyu berkurang. Di beberapa negara, penduduk masih mengambili telur penyu untuk dikonsumsi. Telur-telur itu dapat ditemui di pasar. Penyu hijau termasuk penyu yang dimanfaatkan secara berlebihan (over eksploitasi ) oleh penduduk Indonesia. Mereka dibunuh untuk diambil dagingnya. Bali merupakan konsumer terbesar penyu laut. Mereka menggunakan penyu dalam upacara-upacara adat mereka. Ribuan penyu telah terbunuh untuk memenuhi permintaan pasar di Bali.

Tindakan penyelamatan

Penyu telah terdaftar dalam daftar Apendik I Konvensi Perdagangan Internasional Flora dan Fauna Spesies Terancam (Convention on International Trade of Endangered Species - CITES). Konvensi tersebut melarang semua perdagangan internasional atas semua produk/hasil yang berasal dari penyu, baik itu telur, daging, maupun cangkangnya.

Kita sendiri dapat menolong untuk melestarikan spesies penyu laut, yaitu dengan:
  1. Tidak mengkonsumsi makanan yang berasal dari penyu (telur, daging)
  2. Tidak menggunakan barang-barang yang terbuat dari cangkang penyu (mis: bingkai kacamata, dll)
  3. Tidak membuang sampah plastik dan benda-benda lain yang berbahaya ke dalam laut. Penyu tertentu dapat salah mengartikan plastik sebagai makanan mereka yaitu ubur-ubur, sehingga menyebabkan sakit atau kematian penyu yang memakannya.
  4. Tidak mengganggu penyu yang sedang bertelur karena mereka dapat menghentikan proses bertelur apabila merasa terancam.
  5. Tidak mengambili telur-telur penyu karena akan menghancurkan populasi mereka
  6. Menjaga kesehatan terumbu karang kita. Terumbu karang yang sehat merupakan tempat makan dan tempat tinggal yang baik untuk penyu.
  7. Turut mendukung program konservasi penyu laut.


Sumber: Terangi

0 comments

Post a Comment